Viral di media sosial antara sekolah Petra vs RW di daerah Surabaya. Keduanya merasa sama-sama benar dan menyebabkan ketegangan berlangsung lama. Bahkan sampai sekarang keduanya masih belum menyepakati kata damai.
Hal tersebut membuat keramaian terjadi di Jalan Manyar Tirtomoyo karena adanya penutupan jalan oleh RW kepada akses sekolah tersebut. Sehingga menimbulkan kemacetan yang berdampak pada keramaian.
Sidak Sekolah Petra vs RW oleh Armuji
Armuji (Wakil Wali Kota Surabaya) melakukan sidak untuk menemui kedua belah pihak yang sedang bersitegang. Melalui kanal pribadinya di TikTok, ia membagikan suasana tegang saat sedang menjalankan sidak.
Armuji terlihat sedang menemui kedua belah pihak yakni perwakilan dari sekolah dan juga Warga setempat. Awalnya suasana biasa saja dan tidak ada gertakan tinggi sama sekali oleh kedua belah pihak.
Hanya saja ketika berlangsung mediasi oleh Wakil Walikota Surabaya. Suasanya menjadi makin tegang karena adanya nada tinggi dari masing-masing pihak bersengketa, baik itu Petra dan Warga.
Pihak Sekolah Petra merasa dirinya benar dan begitu juga pihak Warga. Pengaduan pertama yang diterima karena kemacetan yang ditimbulkan oleh sekolah tersebut, sehingga membuat warga merasa tidak nyaman.
Pembelaan terjadi oleh sekolah yang mengatakan bahwa itu semua terjadi karena akses jalan ditutup oleh RW setempat. Sehingga pada saat kepulangan siswa hanya dapat terjadi pada satu pintu.
Sehingga mau tidak mau akan menimbulkan kemacetan yang berkepanjangan seperti saat ini. “Ujung ditutup akses menuju sekolah, sehingga menjadi bejubel di depan pak” ungkap ibu-ibu dari sekolah.
Perdebatan makin berlangsung panas dan membuat kedua belah pihak bersuara keras. Semua bisa terjadi karena masing-masing merasa benar atas hak serta kewajibannya, termasuk Petra dan Warga.
Intinya ada hal yang tidak bisa dipenuhi oleh Warga dari pada tuntutan pihak Petra, sementara pihak warga juga merasa demikian. Sehingga menimbulkan perdebatan dari sekolah Petra vs RW.
Masalah Sebenarnya Bukan Karena Kemacetan
Dengan drama yang terjadi sepertinya mengindikasikan masalah utama bukanlah kemacetan, sebab sebenarnya itu bisa diatur dan tentu saja selama akses jalan lain tidak ditutup itu bukanlah masalah.
Masalah yang utama terkait sekolah Petra vs RW itu menyangkut pada iuran keamanan. Warga sendiri juga mengatakan bahwa Petra tidak mau membayar iuran tersebut, di mana menurutnya semua sudah disetujui di awal.
Sementara pihak Petra sendiri mengaku keberatan dengan nominal dan mengatakan bahwa ada intimidasi dari Warga sekitar terkait itu. Terbukti dengan adanya penutupan jalan sebagai tindakan akhir dari warga.
Semua itu hanya karena Petra tidak mau membayar atas uang iuran, dan menengahi hal tersebut Armuji menengahi perdebatan. Semua akhirnya terjawab karena ada celetukan warga yang mengatakan sebenarnya.
Warga merasa keberatan karena harus membagi per RW 25 juta, awalnya hanya dibayar 32 juta dan ketika dinaikkan tidak ada respon dari Petra. Sehingga pada akhirnya terjadi penutupan akses jalan.
Setali dua uang Petra menjawab dengan menganggap tidak ada pertanggung jawaban atas uang iuran tersebut. Sehingga pihaknya merasa tidak wajib untuk membayar, apalagi ditemukan adanya dugaan penyalahgunaan dan pastinya menimbulkan perdebatan sekolah Petra vs RW.
“Kami tidak percaya dengan hitung-hitunganya pak, sebab pertanggung jawabannya tidak jelas sama sekali. Sesudah Kami tanyakan baik-baik gak dijawab malah dipakai beli rokok dan lain-lain” saut perwakilan Petra.
Penanganan Armuji atas Perdebatan Sekolah Petra vs RW
Armuji memberikan pernyataan untuk menangani masalah ini, di mana semua sudah jelas. Bahkan masalah bukan terkait kemacetan namun lebih pada pembayaran iuran. Semua harus lebih transparan dan jelas.
Bila ada rencana kenaikan oleh warga, harus didiskusikan lebih dahulu antara satu pihak dengan pihak lainnya. Hal itu diharapkan tidak menimbulkan masalah lagi seperti sekolah Petra vs RW.
Sementara ini Petra hanya cukup membayar 32 juta saja seperti kesepakatan awal, sementara bagi Warga harus dijelaskan secara rinci bagaimana pertanggung jawaban atas iuran keamanan tersebut.
Dengan tanggapan bijak tersebut masih berlanjut debat karena ada Warga yang mengatakan “Kami sudah kasih pertanggung jawaban itu pak, tapi masih terus dipersoalkan oleh pihak dari Petra”
Kondisi memanas kembali karena Perwakilan Petra menyangkal itu, pada akhirnya Armuji dengan nada tinggi mengatakan bahwa semua karena iuran belum cocok, dan mengakhiri tanggapannya tersebut.
“Intinya semua karena iuran belum cocok, bukan karena macet atau bising. Wani taruhan piro? Intinya kabeh durung cocok, kalau ibu iuran cocok juga gak mungkin terjadi keributan seperti ini.
Kabag Legal PPPKP Membenarkan Itu
Sementara itu, Kabag Legal dari PPPKP membenarkan hal itu, sebab iuran yang awalnya hanya 25 juta menjadi naik terus ke 32 juta dan terbaru menjadi 35 juta. Namun, menurut Kabag Legal PPPKP bukan itu saja masalahnya.
Semua karena keputusan kenaikan itu berlangsung satu pihak, ketika ada rencana kenaikan tidak melibatkan Petra. Sudah sering terjadi bahkan dari tahun 2017 dan semua dilakukan tanpa adanya keterlibatan Kami.
Inti dari permasalahan viral yang sempat trending di TikTok ini adalah tidak cocoknya iuran. Jadi sekolah Petra vs RW tentu terjadi karena tidak ada komunikasi yang terjalin dan mudah untuk menimbulkan cekcok.