5 Fakta Bakteri Pemakan Daging di Jepang yang Menggemparkan

5 Fakta Bakteri Pemakan Daging di Jepang yang Menggemparkan

Baru-baru ini, publik tengah dihebohkan dengan munculnya kasus wabah bakteri pemakan daging yang terjadi di Jepang. Tidak hanya langka, penyakit tersebut diklaim dapat menyebabkan pasien meninggal dalam waktu 48 jam.

Bahkan terhitung hingga kini, infeksi ini sudah melaporkan lebih dari 1.000 kasus di tahun 2024. Jika Anda penasaran seperti apa wabah infeksi ini, maka dapat menyimak penjelasannya di artikel berikut.

Sejumlah Fakta Terkait Wabah Bakteri Pemakan Daging di Jepang

wabah bakteri pemakan daging di Jepang turut menggemparkan masyarakat lantaran dapat mengakibatkan hal fatal bagi setiap pasien yang terinfeksi.

Kemunculan wabah langka dan mematikan bernama sindrom syok toksik streptokokus (STSS), tengah menjadi sorotan. Terlebih, belum lama ini pihak Institut Penyakit Menular Nasional Jepang turut melaporkan jumlah kasus yang terjadi.

Diketahui, infeksi bakteri pemakan daging tersebut dilaporkan tercatat sudah ada sebanyak 1.019 kasus. Bahkan jumlah kasusnya, dikatakan mengalami peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan tahun lalu, yakni sebanyak 941 kasus.

Sementara terhitung pada bulan Januari hingga Maret, tercatat ada sebanyak 77 orang yang dilaporkan meninggal dunia. Adapun sejumlah fakta terkait infeksi bakteri di Negeri Sakura, yakni sebagai berikut.

1. Mengenal Informasi Lengkap Terkait Wabah STSS

Sebagai informasi, infeksi STSS sendiri merupakan komplikasi parah dari Streptococcus Grup A (GAS), terutama varian Streptococcus Pyogenes. Yang mana, infeksi bakteri pemakan daging ini dapat menyebabkan masalah radang tenggorokan.

Kondisi kesehatan ini, bahkan bisa dikatakan fatal lantaran dapat menyebabkan angka kematian melebihi 30%. Meskipun kondisinya jarang, namun jika sudah menginfeksi aliran darah bisa menyebabkan masalah serius.

Yaitu dapat menyebabkan terjadinya respons inflamasi sistemik dan syok toksik. Selain itu, juga dapat menyebabkan gejala lain yang dinilai bisa mengancam keselamatan jiwa para penderitanya.

Kendati demikian, Anda perlu tahu bahwa infeksi tersebut umumnya tidak selalu menyebabkan dampak ekstrem. Biasanya, penyakit tersebut sering kali ditularkan pada anak-anak yang usianya masih sekolah.

2. Tingkat Penyebaran yang Terjadi di Jepang

Menurut informasi dari pihak Institut Penyakit Menular Nasional Jepang (NIID), bakteri pemakan daging dilaporkan mengalami peningkatan pada bulan Maret. Bahkan tanggal 2 Juni lalu, kasus tersebut berjumlah sekitar 977.

Dikatakan, jumlah angka yang dilaporkan tersebut mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan sebelumnya. Di mana pada tahun 2023 lalu, Jepang melaporkan kasus infeksi penyakit STSS sebanyak 941.

Sayangnya, belum diketahui secara jelas mengapa kasus tersebut mengalami peningkatan. Hanya saja, pihak kesehatan terkait mengatakan jika peningkatan tersebut disebabkan karena infeksi saluran berhubungan dengan kebijakan pelonggaran Covid-19.

Hal tersebut juga mendapatkan tanggapan dari Profesor Universitas Kedokteran Wanita Tokyo, Ken Kikuchi. Di mana beliau mengatakan, bahwa sistem kekebalan masyarakat dikatakan sedang melemah selama lockdown.

3. Sejumlah Gejala dan Fakta Risiko yang Ditimbulkan

Pihak NIID melaporkan, bahwa ada sebanyak 77 orang yang dinyatakan meninggal akibat terkena bakteri pemakan daging. Hal itulah mengapa penyakit tersebut dinyatakan cukup mematikan bagi orang yang terinfeksi.

Berbicara mengenai gejala dari penyakit tersebut, biasanya dibedakan menjadi 2 yakni awalan dan lanjutan. Untuk gejala awal biasanya pasien akan mengalami demam & menggigil, nyeri otot hingga mual & muntah.

Sementara gejala lanjutannya, bisa mengakibatkan tekanan darah rendah, organ tubuh tidak berfungsi normal, takipnea dan takikardia. Bahkan pada kondisi tertentu, ada pasien tidak memiliki tanda-tanda gejala tersebut.

Selain gejala, ada juga faktor risiko yang ditimbulkan dari penyakit STSS. Misalnya seperti sistem imunitas tubuh melemah, diabetes, memiliki luka kulit, menderita cacar air dan lain-lain.

4. Infeksi STSS Diperkirakan Bisa Menembus 2.500 Kasus

Dalam dua tahun terakhir ini, Jepang telah melaporkan wabah bakteri pemakan daging mengalami lonjakan, baik dari jumlah kasus dan kematian. Tentu saja, hal itu semakin membuat heboh publik.

Terlebih jika melihat informasi jumlah kasus terkini, diprediksikan angka tersebut akan terus mengalami kenaikan. Bahkan, tidak sedikit ilmuwan mengatakan kasus tersebut di tahun ini bisa menembus angka 2.500.

Sementara mengenai tingkat kematian akibat penyakit tersebut, diperkirakan mencapai 30%. Bahkan, sebagian besar kematian dari penyakit STSS tersebut terjadi hanya dalam waktu 48 jam pertama.

Dan pada tahun 2023 silam, angka kematian tersebut dalam setahun dilaporkan mencapai 97 kasus. Jika tidak segera diatasi, tentunya hal ini akan sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat di Jepang.

5. Faktor Penyebab Wabah Belum Diketahui Secara Pasti

Meskipun sudah banyak melaporkan ribuan kasus bakteri pemakan daging, akan tetapi siapa sangka jika penyakit STSS hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Meski demikian, ada salah seorang yang membeberkan mengenai teori tertentu.

Yaitu mengenai tingginya berbagai jenis infeksi, umumnya terjadi di era pascapandemi Covid-19. Profesor Penyakit Menular dan pengobatan Pencegahan di Universitas Vanderbilt, William Schaffner bahkan turut memberikan tanggapan.

Pada pernyataannya, Schaffner mengatakan bahwa pihaknya memerlukan lebih banyak informasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. Terlebih selama karantina di rumah, biasanya orang-orang akan menghindari pertemuan sosial.

Sehingga, hal itulah yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan secara global mengalami penurunan. Namun setelah pembatasan dan karantina di era pandemi dilonggarkan, kemungkinan muncul infeksi lain seperti STSS.

Meskipun termasuk wabah yang jarang terjadi, namun penyakit infeksi di Jepang tersebut dapat menimbulkan masalah serius. Bahkan, banyak orang terkena infeksi bakteri pemakan daging meski dalam kondisi sehat sekalipun.